Klasifikasi Iklim di Indonesia
Klasifikasi Iklim - Terdapat beberapa macam iklim atau klasifikasi iklim yang bervasiasi. Terjadinya kondisi iklim yang bervariasi di muka bumi, disebabkan rotasi dan revolusi bumi, serta adanya perbedaan garis lintang dari setiap region di dunia. Beberapa macam iklim, antara lain sebagai berikut.
1. Iklim Matahari - Klasifikasi Iklim
Klasifikasi iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya intensitas sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi lebih sedikit daripada tempat-tempat yang lintangnya rendah.
Pembagian Iklim Matahari Didasarkan pada Intensitas Cahaya Matahari |
- Daerah Iklim Tropis : 0° – 23,5° LU/LS
- Daerah Iklim Subtropis : 23,5° – 40° LU/LS
- Daerah Iklim Sedang : 40° – 66,5° LU/LS
- Daerah Iklim Dingin : 66,5° – 90° LU/LS
2. Iklim Koppen
Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan data temperatur udara dan endapan yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tanaman. Iklim ini paling banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan temperatur. Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf.
- Iklim A - Iklim Hujan Tropis (Tropical Climate)
- Iklim B - Iklim Kering/Gurun (Dry Climate)
- Iklim C - Iklim Sedang (Warm Temperate Climate)
- Iklim D - Iklim Salju atau Mikrothermal (Snow Climate)
- Iklim E - Iklim Kutub (Ice Climate)
Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga subtipe yang ditandai dengan huruf kecil yaitu f, w, dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af (iklim tropik basah), Aw (iklim basah tropik), dan Am (iklim basah tropik dengan musim kering yang singkat). Rincian pembagian iklim Koppen secara mendalam adalah sebagai berikut.
- Af = iklim hujan tropik
- Aw = iklim sabana tropik
- Bs = iklim stepa
- Bw = iklim gurun
- Cf = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering
- Cw = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering
- Cs = iklim hujan sedang, panas dengan musim panas yang kering
- Df = iklim hujan salju tanpa musim kering
- Dw = iklim hujan salju dengan musim dingin yang kering
- Et = iklim tundra
- Ef = iklim salju
3. Iklim Schmidt – Fergusson
Cara perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr. Menurut Mohr suatu bulan dikatakan:
- bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm;
- bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm;
- bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100 mm.
4. Iklim Oldeman - Klasifikasi Iklim
Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman (1975) hanya menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar dari klasifikasi iklim. Bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut dihubungkan dengan pertanian untuk daerah-daerah tertentu.
Oleh karenanya penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat (agro-climatic classification). Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm setiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Untuk sebagian besar palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk mem budidayakan padi sawah selama satu musim.
Dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang memiliki jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis padi yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah, petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, petani tidak dapat membudidayakan padi tanpa adanya irigasi tambahan.
Berikut ini adalah tipe-tipe iklim menurut Oldeman.
Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.
Iklim B : Jika terdapat 7–9 bulan basah berurutan.
Iklim C : Jika terdapat 5–6 bulan basah berurutan.
Iklim D : Jika terdapat 3–4 bulan basah berurutan.
Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.
Bulan basah, lembap, dan kering yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut.
- Bulan basah jika curah hujan lebih dari 200 mm.
- Bulan lembap jika curah hujannya berkisar antara 100 - 200 mm.
- Bulan kering jika curah hujannya kurang dari 100 mm.
5. Iklim F. Junghuhn -
Untuk Klasifikasi Iklim Junghuhn, dia mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
- Tinggi tempat : 0–600 m di atas permukaan laut.
- Suhu : 22° C–26,3° C.
- Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.
b. Daerah Sedang
- Tinggi tempat : 600 m–1500 m di atas permukaan laut.
- Suhu : 17,1° C–22° C
- Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.
c. Daerah Sejuk
- Tinggi tempat : 1500–2500 m di atas permukaan laut.
- Suhu : 11,1° C–17,1° C
- Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.
d. Daerah Dingin
- Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.
- Suhu : 6,2° C–11,1° C
- Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.
Lihat juga:Demikian penjelasan tentang klasifikasi iklim yang ada di Indonesia, semoga dapat bermanfaat bagi sahabat.
Sumber: KonsepGeografi.net